Rabu, 24 Maret 2010

SaBuyA DaNCer

Seni merupakan suatu ekspresi kebudayaan yang mampu memberikan ketebalan makna dan disposisi laku bagi pendukungnya. Ini bisa di lihat dari akar budaya dan masyarakat pendukungnya yang terus menerus merawat, menggali serta menjaga vitalitas yang di milikinya.

Perkembangan seni dunia telah memberi perluasan ruang gerak, peleburan batas-batas media ungkap dan kebebasan ekspresi. Para seniman dapat melakukan penjelajahan estetik dalam ruang-ruang budaya yang makin luas. Berdasarkan wacana inilah kita membentuk sebuah kelompok kesenian yang so pasti adalah sebagai sebuah proses kreatif dan eksplorasi estetik yang menarik dan memiliki identity.

Sabuya Dancer di bentuk di padangpanjang 14 Februari 2006 yang di prakarsai oleh 4 orang mahasiswa dari STSI Padangpanjang. Hendra Exel, Denny Maiyosta, Bernando dan Fitra Airiansyah. Tujuan kita membentuk Sabuya Dancer ini melainkan untuk menjadi wadah interaksi, menjadi forum komunikasi dan konsultasi, menjadi wahana memperkuat hubungan persahabatan, sebagai wahana berkreatifitas dan tentunya sebagai wahana memperkuat jaringan kerja.( Link Network). selanjutnya Sabuya Dancer mengrekrut teman-teman untuk bergabung ka kelompok ini dan mendapatkan banyak respon terhadap hal itu.

Sabuya Dancer saat ini juga bergerak di bidang penggarapan tari kontemporari,tari entertainmen, tari tradisional nusantara bahkan mancanegara, serta mengerjakan job syuting video clip, tari-tari modern, bekerja sebagai Event Organizer dalam suatu acara, performing art secara keseluruhan, free line job lainnya.

TiaNg TuBUh-TubuH yaNg mEmBaNtU,



Fitra Airiansyah
Jutaan buruh muncul entah dari mana. Tiang-tiang perkasa tercipta. Hasil ciptaan yang suatu saat bisa menelan diri sendiri, menelan kehidupan. Secuil keuntungan yang tidak artinya sama sekali dibanding proyek milyaran rupiah.

Fitra Airiansyah, sang koreografer seorang mahasiswa jurusan tari STSI Padangpanjang yang juga merupakan salah satu pemerkarsa sabuya dancer, yang jauh dari peradaban kota besar mencoba menuangkan karya tari kontemporernya berjudul Tiang, tubuh-tubuh yang membantu, di mana buruh bangunan yang selalu berpacu dengan waktu, maut, dan sesuatu yang mereka sendiri tak pernah tahu kecuali semangat untuk tetap hidup.

Gedung-gedung menjulang berdiri angkuh dan sinis, padahal para buruh bangunan tersebut yang telah menciptakannya. Tubuh yang tak berpikir, tubuh yang mati rasa dan tanpa makna. "Yang kalian inginkan adalah otot kami, bukan otak kami" seru mereka kepada kapital yang menggaji mereka.

Di pentaskan di Plaza TIM dalam rangka Gelar Koreografi Kota Ruang, Tubuh, dan Gerak. Scenografer artistic : Yusril, Penata Cahaya : Dedi Darmadi, Penari : Ari, Deri, Deni, Hendra, Sabri dan Sarah, Kostum/make up : Ayu Sahira, Crew : Alfian, Konsultan Artistic Oscar Firdaus.

Negeri Kincir Sebuah Perjalanan



Pada Musim panas kali ini STSI Padangpanjang ikut berpartisipasi dalam Misi Promosi Trade, Tourism an Investment di Belanda dan pada Tong-Tong Fair 2009 Den Haag yang diadakan tanggal 21 mei hingga 1 juni 2009. Alhamdullilah saya terpilih dari 2 orang Mahasiswa Jurusan Tari STSI Padangpanjang untuk menjadi duta seni di Belanda. Kesempatan ini merupakan moment yang cukup baik bagi saya sebagai mahasiswa dan warganegara Indonesia untuk mengetahui bagaimana kehidupan di Negara Eropa.
Belanda Negara kecil yang sering diyakini pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun (padahal yang menjajah perusahaan dagangnya, VOC makanya sering dibilang kompeni). Yang saya tau dari sebelum datang ke tempat tersebut, Belanda memang negeri yang cukup terkenal dengan keindahannya. Mulai dari kincir angin, tulip, dsb. Selain itu Belanda juga terkenal dengan kebebasannya (lebih bebas daripada negara-negara eropa lainnya).
K.L International adalah airport di kota Kuala Lumpur. Setelah beberapa jam di sana akirnya pesawat KLM yang akan membawa kita udah datang, masih ada 15 menit menunggu sebelum boardingtime. saya keluarkan camera untuk mengambil gambar pesawat yang parkir didepan mata. Setelah menunggu lama akirnya kita masuk ke dalam pesawat yang penuh dengan penumpang, karena banyak penumpang bule atau orang yang asing buat saya jadi saya kurang percaya diri karna ini adalah perjalan pertama saya ke Eropa. Setelah beberapa menit menjelang landing, saya berdoa meminta keselamatan selama di perjalanan. Setelah satu malam di atas pesawat akirnya saya dapat menghirup napas lega ketika keluar dari bandara, itulah pertama kalinya saya menginjakan kaki di tanah Eropa. tidak tahu berapa besar bahagia dalam hati ini.
Hal pertama yang saya catat saat di Belanda adalah ternyata negara tersebut sangat kecil ( saya belum pernah ke negara dengan ukuran kecil, jadi cukup unik bepergian antar kota dengan mobil hanya memakan waktu 1-2 jam maksimal). Ukuran belanda mungkin kira-kira setengahnya Sumatera Barat. Di sini heran juga saya, negeri sekecil ini bisa menjajah Indonesia sebesar itu,. Hal kedua dari Belanda adalah hampir semua orang bisa bahasa inggris, jadi no worries be happylah. Ga perlu pake bahasa Belanda, tapi juga sayang bahasa inggris saya juga terengah-engah. Tapi gak bener-bener semua orang, rata-rata orang tua kurang fasih bahasa inggris. Bahasa Belanda sendiri buat saya terdengar rumit tapi tak apalah dan terkadang saya mengungkapkan beberapa frasa seperti "dank u well" yang artinya terima kasih, itu karna saya berusaha lebih menghargai mereka dengan mencoba memakai bahasa setempat. Orang-orangnya juga sangat ramah. Hal lainnya adalah karena Indonesia bekas jajahan Belanda, saya lihat cukup banyak wajah-wajah Asia Tenggara disini. Tapi hal ini juga yang menyebabkan kurang pedenya bertanya "Indonesia ya?". Karena banyak jadi sepertinya sudah biasa saja lihat orang Indonesia. Tidak seperti waktu di Belgia dimana sepertinya setiap orang Indonesia harus saling kenal dan saling bantu, soalnya bisa dihitung dengan jari.
Hari pertama saya berada di Wasenar pagi hari, dan masih agak capek jadi cuma sempat jalan ke coffee shop di depan Rumah Tamu KBRI untuk Kerajaan Belanda, Pada hari pertama ini saya mengalami masalah dalam tidur karna pada siang hari saya merasa ngantuk dan malam hari mata saya susah untuk di pejamkan, mungkin di sebabkan karna perbedaan waktu antara Indonesia dan Belanda.
Hari Kedua adalah hari pertama kita untuk melakukan Show di Den Haag, STSI Padangpanjang di percaya oleh KBRI di Belanda untuk membuka Festival Tong Tong di Den Haag dengan Tari Indang Ramolai karya Bpk Syahril, dulunya Tong Tong ini adalah sebuah Pasar Malam yang di buat oleh orang-orang Indonesia yang di bawa oleh VOC ke Belanda., karna di anggab menarik maka untuk selanjutnya kerajaan Belanda Mengambil alih kegiatan ini dan di beri nama Tong Tong Fair. Sampai saat ini Tong Tong Fair merupakan salah satu festifal terbesar di Eropa karna harus menghabisan dana jutaan Euro.



Hari Ketiga kami Jauh-jauh dari Den Haag ke Voulendam, hanya dengan dua tujuan yaitu hanya mau di foto pake baju tradisional nelayan belanda dan belanja souvenir. Volendam ini terletak di utara Amsterdam. terutama orang indonesia, kalau ada kesempatan ke Belanda sebaiknya di foto di Voulendam ini. Makanya studio foto di Voulendam memajang foto-foto orang terkenal di Indonesia seperti foto Megawati dan lainnya. Tapi sayang kita hanya punya waktu yang sangat singkat dan saat itu studio sangat penuh jadi kita batal untuk berfoto. Tetapi kita sempatkan untuk belanja souvenir Belanda, gak pernah nyangka kalo mata uang Indonesia ini sangat rendah sehingga ketika kita melihat harga 5 euro untuk sebuah gantungan kunci itu sangat mahal tapi bagi orang Eropa itu murah.
Hari ini adalah hari ke empat saya berada di Belanda. di mana hari ini saya harus memperkenalkan Budaya Indonesia Khususnya Sumatera Barat kepada masyarakat Belanda dengan Melaksanakan Workshop. Pada Workshop ini kami mengajarkan bule-bule itu tari Indang Ramolai karya Bpk. Syahril yang telah kami pertunjukan pada saat pembukaan Tong Tong Fair kemaren. Tidak di sangka antusias masyarakat belanda cukup tinggi dengan program ini. banyak yang berdatangan untuk belajar tari tersebut. Senangnya hari ini di mana masyarakat Belanda sangat menghargai apa yang kami lakukan.
Setelah beberapa hari kita hanya melakukan aktifitas pertunjukan, saya merasa sangat bosan dengan itu. Dan akirnya saya beranikan diri untuk jalan sendirian dengan modal bahasa inggris yang sangat sedikit ini, saya melangkah menaiki trem yang telah saya tunggu. berdiri di antara gerbong trem. tak sadar saya tatap seorang bapak tua. peluh dan lelah di wajahnya. dia membawa tongkat beserta poster. sedikit memiringkan kepala saya coba untuk membaca apa yang tertera di atas poster tersebut. ternyata sebuah seruan untuk memboycot. ternyata beliau baru saja berdemo.
Speak english? saya bertanya dengan bahasa ingris seadanya. Ya katanya. dimulailah pembicaraan singkat yang tak lebih dari 1 menit pembicaraan, karna saya takut nantinya lebih panjang sehingga membuat saya bingung. Saya bertanya untuk apa poster itu, ini seruan supaya dunia gak perang lagi, terutama untuk Israel dan palestina . karena beliau peduli dengan saudaranya di palestina. saya tak sanggup bertanya apakah dia bersaudara berdasarkan agama, keyakinan atau bangsa. Bapak itu bertanya, dari mana asalmu. dengan bangga kuucapkan Indonesia. matanya berbinar. Indonesia peduli akan palestina kan? Saya jelaskan bahwa setidaknya kita tidak punya hubungan diplomatik dengan israel. Dan akirnya saya sampai di tujuan yaitu Den Haag Centum. Di Centrum saya coba untuk melihat-lihat kehidupan di sekitar sini. Berkeliling dengan jalan kaki sedikit takut tapi tetap saja terasa asik dan saya beranikan untuk minta tolong ke salah seorang warga Belanda untuk mengambil gambar saya di Centrum.



Latar belakang foto di atas adalah ruang kerjanya Perdana Mentri Belanda di Den Haag. itupun kata bule yang saya minta tolongi untuk mengambil gambar saya. Setelah beberapa jam di centrum tidak terasa hari sudah pukul 19.00 WIB tetapi matahari masih sangat terang dan saya segera menghubungi Pak Martaroza selaku pimpinan rombongan untuk mengabarkan sebentar lagi saya pulang karna hari sudah hampir malam.
Sebagai kota kedua terbesar di negeri Belanda, Den Haag memang tak pernah tidur. Kehidupan malamnya juga menarik. tempat lain yang tak kalah asyiknya seprti Scevenigen. Saya mungkin bisa lupa waktu ketika berkeliling di kota cantik ini. Tapi nikmati sajalah kehidupan sehari penuh di Den Haag. Setelah pukul 20.00 saya pulang dengan menaiki trem tujuan Wasenar. Dan hari ini adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan. terima kasih untuk warga Belanda yang ramah dan baik.
KBRI di Belanda ternyata telah merencanakan untuk mengajak kita ke suatu tempat yang di namakan dengan Madurodam. Madurodam adalah miniaturnya Negara Belanda. di sini kita bisa melihat semua yang ada di Belanda. Tetapi hanya Miniaturnya saja, walau demikian kita semua enjoy pada saat itu.


Kemaren adalah hari yang sangat berarti dalam hidup saya dan hari ini saya mulai pula dengan hal yang baik. Setelah sholat subuh saya kelaparan itu di sebabkan malam kemaren saya tidak ikut diner karna kecapean. Latihan hari ini di mulai pukul 10.00 wib dan malamnya kita akan pertunjukan di Tong Tong Fair. Semua persiapan telah selesai di kerjakan dan kita semua telah siap untuk berangkat dari Wasenar menuju tempat pertunjukan dan setiba di tempat pertunjukan panitia telah mempersiapkan semuanya kami pun di sambut dengan ramah. Tidak ada kekurangan dalam manajemen Tong Tong Fair ini karna kita merasa sangat puas dengan servicenya.
Pertunjukan di mulai dengan Tari payung, dan tidak pernah di sangka sebelumnya bahwa penonton yang datang sangat penuh entah berapa orang yang saya lihat dari atas pentas. Masyarakat Den Haag sangat mnghargai seni dan mereka sangat menyukai seni yang datang dari Indonesia. setiap kami selesai pertunjukan tepukan tangan yang lama selalu terdengar, ucapan terima kasih dari beberapa penonton selalu ada setiap selesai pertunjukan. Betapa berbedanya apresiasi masyarakat Indonesia dengan masyarakat Belanda terhadap kesenian tradisional walaupun bukan kesenian tradisional milik mereka.


Setelah pertunjukan hari ini kita tidur lebih cepat karna besok harinya ada pertunjukan lagi di sebuah kota yaitu Mastrech sebuah kota yang terkenal dengan pelajar yang cerdas. Mastrech merupakan salah satu kota favorit saya yang ada di Belanda karna di sini banyak tempat yang benar-benar merasa bahwa inilah Eropa sebenarnya. Sebelum pertunjukan di mulai saya mempunyai beberapa waktu untuk mengelilingi kota ini. Pada saat itu di Mastrech masih pagi jadi di alun-alun tempat masyarakat sering bersantai di sore hari masih sepi dan seperti biasa saya memberanikan diri untuk jalan sendiri karna yang lainnya tidak suka untuk berjalan tanpa di dampingi.
Di atas ini adalah Foto saya ketika berada di alun-alun kota Mastrech dengan latar belakang sebuah kantor dan juga Gereja yang sudah cukup tua di kota ini. Di kota ini saya juga bertemu dan berkenalan dengan mahasiswa Indonesia yang mengambil study di sini. Kami sempat cerita dan berbagi sedikit pengalaman. Satu hal yang saya tahu dari mereka adalah mereka orang-orang pintar yang terpilih untuk study di sini. Semoga pengalaman di Mastrech dapat terulang lagi untuk waktu selanjutnya.
Setelah Pertunjukan di kota Mastrech selesai kita langsung menuju sebuah kota yang tidak kalah indah yaitu Brucell di Belgia.
Setelah kecapean berjalan di Brucell kemaren hari ini kita jalan ke Amsterdam untuk melihat-lihat kota Red Light ini.


Di Amsterdam kami menaiki kapal kecil yang berkeliling untuk melihat-lihat kota Amsterdam, ternyata kota ini memang benar-benar lautan yang telah di Dam oleh orang Belanda. Di kota inilah saya meleweti terowongan yang ada di di bawah laut. Salut untuk kerajaan Belanda yang telah membangun itu semua. Di Amsterdam kami sampai malam hari karna kami penasaran ingin melihat Red Ligt itu seperti apa, dan apa sebenarnya keajaiban dunia yang ke delapan itu ya.
Ke esokan harinya saya belum puas untuk menjelajahi negeri ini, kemudian saya minta ke supir dari KBRI untuk mengantarkan saya ke Roterdam dan Kinderdijk . kota yang cukup terkenal di Belanda dan sangat modern (tampaknya jarang kota modern di Belanda). Jarak Wasenar-Rotterdam cuma 20 menit Mobil (atau bahkan kurang). Tapi saya kurang begitu suka kota seperti ini. Kurang banyak yang bisa dilihat selain gedung, gedung, dan gedung. Di Rotterdam ada jembatan terkenal bernama Erasmus Bridge tapi buat saya seperti versi besarnya jembatan Ampera. sebenernya Rotterdam bukan tujuan utama saya hari ini. Tujuan utamanya ke Kinderdijk, daerah kincir terkenal di sini.


akhirnya saya pergi ke Kinderdijk cukup sore. Kinderdijk memang sangat mengagumkan. belasan kincir angin besar langsung terlihat begitu turun dari mobil.
Hari ini adalah hari terakhir saya dapat menikmati indahnya belanda karna besok saya akan pulang ke tanah air. Dan malam ini kita di undang oleh Ke Dubes untuk Diner di rumah Dinasnya di Den Haag.
Hari ini saya merasa sangat sedih sekalian senang. Sedih karna akan meninggalkan Belanda dan senang karna akan melihat tanah air kembali dan itu karna ke cintaan saya terhadap Indonesia. Akirnya Belanda ataupun eropa yang selama ini hanya saya mimpikan telah saya dapatkan. Sejauh apapun kita melangkah yakinlah bahwa kita adalah anak Indonesia yang bisa mewujudkan keinginan dan seindah apapun Negara Asing tetaplah mencintai Negara kita sendiri karna yakinlah Tanah Air itu lebih dari semuanya yang ada di Belahan Bumi ini.


Kedua orang hebat di atas inilah yang mengajarkan dan menasehati saya bagaimana mewujudkan sebuah mimpi yang hanya kita fikirkan dan pentingnya arti sebuah usaha. Dan akhirnya hari ini saya menyadari apabila kita yakin dan kita mau berusaha pasti semua ada jalannya. Doa dan keyakinan terhadap Allah adalah kunci terbaik untuk kita dalam melakukan semua hal termasuk dalam perjalanan saya kali ini.